MANFAAT CINCAU


DARI PANAS DALAM
HINGGA KANKER


Penulis & Foto: Budi Sutomo
Menikmati segelas es cincau tentu sangat menyegarkan. Apalagi jika di minum saat siang hari yang terik. Selain segar, minuman ini juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh.

Kita mengenal dua jenis cincau, yaitu cincau hijau yang terbuat dari tanaman Cyclea barbata dan cincau hitam dari tanaman Mesona palustris atau cincau perdu Premna serratifolia. Cincau hijau adalah tanaman perdu yang tumbu merambat (lihat foto). Sedangkan cincau hitam biasanya berupa tanaman perdu.

Anda kadang suka bertanya-tanya, ko daun bisa dibuat menjadi gel/seperti agar-agar?. Untuk menghasilkan gelatin/gel dari daun cincau, diawali dengan memetik daun yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Daun ini kemudian diremas-remas dalam air matang. Perbandinganya sekitar 1 liter air untuk 2 genggam daun cincau. Air remasan kemudian di saring dan diendapkan selama satu malam. Paginya, air ini sudah akan mengental dan membentuki gel. Gel inilah yang kita kenal dengan cincau.

Manfaat Terkandung
Cincau sangat baik dikonsumsi oleh semua kalangan. Bahan ini sangat kaya mineral terutama kalsium dan fosfor. Cincau juga baik dikonsumsi bagi orang yang sedang menjalani diet karena rendah kalori namun tinggi serat. Cincau dipercaya mampu meredakan panas dalam, sembelit, perut kembung, demam dan diare. Sedangkan serat bermanfat untuk membersihkan organ pencernaan dari zat karsinogen penyebab kanker.
Daun cincau hijau mengandung senyawa dimetil kurin-1 dimetoidida. Zat ini bermanfaat untuk mengendurkan otot. Senyawa lain seperti isokandrodendrin dipercaya mampu mencegah sel tumor ganas. Cincau juga mengandung alkaloid bisbenzilsokuinolin dan S,S-tetandrin yang berkhasiat mencegah kanker pada ginjal, antiradang dan menurunkan tekanan darah tinggi.

Berikut Nutrisi Terkandung dalam 100 g Cincau

Energi: 122 kkal
Protein: 6 g
Lemak 1 g
Karbohidrat 26 g
Kalsium 100 mg
Fosfor 100 mg
Zat besi 3.3 mg
Vitamin A 10.750 SI
Vitamin B1 80 mh
Vitamin C 17 mg
Serat Makanan 6.23 g
Sumber: DKBM, 1999

ALTERNATIF HIDANGAN HARI RAYA IDUL FITRI 1427 H

Bagi penggemar hidangan berbumbu, chicken curry alias kari ayam pasti salah satu hidangan favorit. Aroma rempah Timur Tengah seperti jintan, adas, ketumbar dan kapulaga menjadikan hidangan bercita rasa khas dan istimewa. Selain lezat dimakan dengan nasi, lauk asal India ini juga cocok disantap dengan roti chapati, pharata atau roti jala. Anda ingin mencoba kari sebagai pengganti opor ayam atau lauk ketupat di perayaan Idul Fitri tahun ini.
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA & HAPPY IED 1427 H
Resep/Foto/Food Stylist: Budi Sutomo

CHICKEN CURRY
Bahan:
800 g ayam, potong-potong
1200 ml santan kental dari 1 butir kelapa
3 sdm minyak goreng
Bumbu:
2 cm jahe, memarkan
2 lembar daun jeruk
3 lembar daun salam koja/daun kari
2 batang serai, memarkan

2 cm lengkuas, memarkan
1 sdt gula pasir
1 sdm air jeruk nipis
1 sdt garam halus
Haluskan:
2 buah cabe kering
7 butir bawang merah
3 siung bawang putih
1 sdt ketumbar sangrai
4 bh kemiri
4 cm kunyit, bakar
1 sdt merica, sangrai
¼ sdt jintan, sangrai
1/4 sdt adas

3 buah kapulaga, ambil bijinya

Cara Membuat:
1.
Bumbui daging ayam dengan air jeruk nipis dan garam. Diamkan beberapa saat agar bumbu meresap.

2. Panaskan minyak, tumis semua bumbu halus hingga harum. Tambahkan lengkuas, serai, daun jeruk, daun salam koja/ daun kari dan gula pasir, aduk rata.
3. Masukkan potongan daging ayam, aduk hingga ayam berubah warna.
Tuang santan, masak sambil sesekali diaduk hingga ayam matang dan kuah mengental. Angkat, sajikan panas
Untuk 5 Porsi

Tips:
Jika Anda menghendaki kari berwarna merah, tambahkan bubuk cabe merah. Cabe merah kering bisa diganti cabe segar yang dihaluskan atau cabai bubuk. Memasak sebaiknya sambil sesekali di aduk agar santan tidak pecah. Bagi Anda yang diet, santan bisa diganti susu tawar cair rendah lemak.

DUA TULISAN DI BLOG DI MUAT MAJALAH TANPA IZIN



BUDAYA COPY PASTE

Awal bulan lalu saya berkunjung ke Toko buku JBC Jakarta Book Center) di Mal Kalibata-Jakarta. Seperti biasa, namanya juga wartawan kalau ke toko buku selalu ingin tahui buku atau majalah apa yang baru. Setelah lama berkeliling, tibalah di konter majalah. "Wah...ada majalah informasi dunia makanan namanya FOOD & RESTO, majalah baru nih." Pikirku dalam hati.

Sesuai bidang saya, tertarik dong untuk membelinya. Sesampainya di rumah, majalah bernomor edisi 05/2006 ini saya baca. Dari harga cukup murah yaitu Rp.12.000 ribu, isinyapun cukup informatif buat dibaca para praktisi kuliner dan pecinta makanan lezat. "Lucunya" ketika membuka halaman 18 dan 19 terdapat artikel berjudul "ETIKA JAMUAN MAKAN INTERNASIONAL."
Ko kayanya gaya
bahasanya aku kenal ya, setelah aku baca lebih lanjut memang benar. Ini tulisan di blog saya dengan judul dan isi yang sama (bisa di klik di sini). Lebih terkejut sekali ketika di halaman 38 juga ada salah satu tulisan saya di blog berjudul "CERITA DIBALIK SECANGKIR KOPI." (Versi blog klik di sini) Juga di muat dengan judul dan isi yang sama.

Sebagai sesama orang media, media internet memang seperti dewa penolong. Apalagi dengan adanya blog sehingga semua orang bisa membagikan ilmunya dan bisa diakses banyak orang. Sebenarnya dengan kasus di atas, ada perasaan bangga karena ada yang mengapresiasi blog saya, namun ada pertanyaan lain yang mengganjal. "Mengapa ya mereka ngga minta ijin dulu?!" Kan ada e-mail, messenger, atau yang paling mudah bisa tinggalin pesan di blog yang bersangkutan. Toh,
pasti diijinkan, sehingga saya tidak perlu terkaget-kaget ketika tulisan di blog saya dimuat di sebuah majalah. Memang disebutkan dari berbagai sumber, tapi kalau persis begitukan namanya copy paste. Gemana pendapat para bloger, katanya blog juga karya cipta?!

Notes:
Salam buat "L", wartawan Food & Resto yang sudah "menulis kembali" tulisan saya di blog ke majalah Food & Resto, lain kali bilang ya?!.